Betapa Ribet Dan Repotnya Membuang Sampah Di Jepang
Wednesday, October 30, 2019
Edit
Konnichiwa minna....😊 Nah, kebetulan kiprah yomikaki kemarin membahas sedikit wacana sampah dan jadwal membuang sampah. Ternyata di Jepang kita harus memisahkan antara sampah yang sanggup dibakar dan yang tidak sanggup dibakar, kemudian dibuang pada hari yang berbeda pula. Ribet juga yah, jadi masuk akal saja kalau Jepang menjadi salah satu negara paling higienis di Asia.
Yukito jadi ingin tau bagaimana sih aturan membuang sampah di Jepang? Langsung disimak aja yuk.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Mau buang di kotak sampah, selokan, bawah kolong meja, dll. Bahkan dikala buang di kotak sampah pun hampir tidak ada yang peduli untuk memisahkan mana yang organik, mana yg anorganik. Padahal kategorisasi sampah di Indonesia hanya dua. Kalau mau buang sampah pun, di Indonesia sanggup pakai plastik apa saja kan? Mau trash bag betulan merek apa saja, mau kantong bekas dari minimarket, atau kresek biasa. Bebas.
Di Jepang, setiap rumah kalau mau buang sampah wajib berlangganan ke perusahaan pengelola sampah kota. Kalau nggak berlangganan, ya nggak sanggup buang sampah. Simpen sendiri aja di rumah. Nah, kalau sudah berlangganan boleh tuh meletakkan sampah di daerah penampungan sampah.
Hal yang paling fundamental dari proses membuang sampah ialah memilah sampah menurut jenisnya. Tentunya buat kita niscaya repot banget pada awalnya. Belum lagi kita harus membeli dua jenis kantong plastik sampah, sebab dihentikan menggunakan sembarang kantong. Duuh.. repotnya... 😅😥.
Dua kantong plastik tersebut berwarna hijau untuk sampah yang masih sanggup diolah secara alami / organik (moerugomi) dan warna putih untuk sampah yang tidak sanggup diolah secara alami / anorganik (moenaigomi). Tapi, dua warna ini tidak berlaku di semua wilayah lho...
Setiap wilayah mempunyai warna tersendiri untuk membedakan kedua jenis sampah tersebut. Dan hal itu berarti, kantong sampah yang dibeli di wilayah Iwata, sudah niscaya tidak akan sanggup digunakan di wilayah Tokyo. Kaprikornus berhati-hati yaa... 😅
Nah, kalau ngotot pakai kantong plastik lain, nanti sampahnya akan dibiarkan begitu saja di daerah penampungan sampah. Tidak diambil. Sang pemilik sampah tersebut harus mengambil lagi sampahnya untuk dibawa pulang. Kalau nggak diambil lagi, ya malu. Kan ada namanya, tertangkap lembap itu sampah punya siapa. hehe^^.
Oh ya, pemisahan di sana kabarnya repot loh. Tidak hanya dua kategori organik dan anorganik. Bisa lima hingga enam kategori lho. Sampah terbakar, sampah tidak terbakar. Sampah dapur. Sampah daur ulang menyerupai sampah kertas, sampah kaleng, sampah kaca, sampah botol, sampah elektronik. Pemisahan tergantung peraturan pemda masing-masing. Bahkan katanya, kalau minum aqua, botol dan plastik pembungkusnya harus dipisah juga. Masuk ke tong yang berbeda. Repot juga ya 😅
Di sana jarang sekali ditemukan kotak sampah. Namun, lingkungan kota sangat-sangat bersih. Tidak ada sama sekali sampah berceceran. Kok sanggup ya? Memang sudah dibudayakan semenjak SD. Mentalitas untuk membuang sampah "tepat" pada "tempat"-nya. Kalau nggak nemu, ya kantongin dulu. 😋
Nah... kalau berbicara wacana jadwal membuang sampah di Jepang. Hati-hati! Jangan hingga salah hari membuang lho Bisa-bisa sampah itu tidak akan diangkut dan akan ditempel kertas berisikan pemberitahuan keras, bahwa sampah ini telah melanggar peraturan. (exasperated). Jika wilayah daerah tinggal kita mengharuskan untuk menuliskan nama dan alamat di kantong sampah, maka sanggup dipastikan sampah yang salah hari itu akan nongkrong dengan manisnya di depan rumah kita. hehe. Saking repotnya membuang sampah, hampir selalu ada latihan soal JLPT yang dibentuk dari percakapan wacana buang membuang sampah XD, yang pernah ikut JLPT niscaya pernah menemukan soal latihan atau soal ujian yang membahas wacana aturan membuang sampah kan?
Jika jadwal tersebut terlewatkan, sanggup dipastikan kita harus menyimpan sampah tersebut selama satu ahad bahkan satu bulan, hingga jadwal berikut tiba! Oh iya, setiap rumah atau apartement di wilayah Jepang, niscaya akan mendapatkan kalender jadwal pembuangan sampah. Sesuai dengan wilayah masing-masing dari pemerintah setempat yang dikirim via kantor pos tanpa dipungut biaya sama sekali, dikarenakan telah termasuk dalam pembayaran iuran sampah yang kita bayar sebulan sekali.
Ada beberapa hal lain yang masih berafiliasi dengan sampah menyampah ini. Jenis sampah yang sanggup dibuang secara gratis mempunyai batasan. Untuk jenis sampah tadi tentu saja kita sanggup membuangnya secara gratis. Lho, memangnya ada yang buang sampah harus bayar?? Ooh... ada dong... Ada beberapa jenis sampah yang menuntut kita mengeluarkan uang kalau ingin membuangnya. Nah menyerupai apa yang butuh uang itu?? Jenis sampah menyerupai lemari, meja, kursi, TV, komputer, AC, kulkas, microwave, dll, yang sudah terang hukumnya tidak sanggup dibuang ditempat biasa. Jika kita ingin membuang benda-benda menyerupai itu, kita harus melihat kembali jadwal pembuangan sampah barang besar yang telah diberikan pemerintah setempat. Dan, tentunya kita harus membeli semacam kupon, dengan harga bervariasi sesuai dengan jenis sampah besar yang ingin kita buang, kemudian kupon itu harus kita tempel ke objek (sampah), sebagai bukti kita membuang sampah secara legal.
Selain cara membeli kupon, kita juga sanggup "membuang" sampah jenis ini ke toko barang bekas (chuuko). Karena pengolahan jenis ini membutuhkan biaya tersendiri, biasanya penduduk lebih menentukan untuk menjual barang-barang tersebut ke chuuko walaupun kadang kala tidak akan ada uang yang diterima alias zero-en atau gratis, tapi kebanyakan penduduk tidak keberatan. Ini lebih baik daripada harus membeli kupon, kan alias bayar XD
Tapi, ada juga "kasus" di mana justru kita harus membayar ke chuuko, atau sebaliknya, kita malah dibayar oleh chuuko. Lain halnya, kalau kita membeli barang elektronik gres di toko, contohnya TV, biasanya pihak toko akan menanyakan apakah TV usang sudah tidak terpakai? Kalau tidak terpakai, mereka akan megambilnya dengan GRATIS!
Lho, yummy di mereka dong??! Eitss... Jangan salah... Kalau kita tidak membeli apapun dari toko tersebut dan ingn membuang (me-recycle) barang elektronik yang kita miliki ke toko mereka, biasanya akan dikenakan biaya bervariasi, mulai dari 1000 Yen, tergantung dari jenis dan ukuran barang kita.
👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆
Nah, gimana teman BJB? Menurut Yukito, sistem ini cukup ribet sih, tapi toh sanggup dilaksanakan di Jepang. Tentu sanggup sebab pemerintah dan warga punya kesepakatan untuk melakukan aturan yang sudah disepakati. 😄😊
Yukito membayangkan, kalau di Indonesia niscaya sulit. Bukan cuma sebab kesepakatan warganya payah, tetapi selalu saja ada orang-orang yang dengan kekuatan uang membelokkan aturan. Misalnya saja, ada sampah yang tidak seharusnya diangkut. Kalau di Indonesia cukup memperlihatkan komplemen sedikit uang rokok, dijamin dilema selesai. Kebiasaan yang begini nih yang menciptakan aturan sulit ditegakkan, betul?. 😞😞😞
Yah, tapi bagi teman BJB yang berencana ingin ke Jepang, jagan lupa untuk memperhatikan hal yang satu ini yah. Dan ayo mulai menjaga kebersihan lingkungan kita. Oia, Yukita punya beberapa kata-kata motivasi wacana sampah nih, semoga sanggup bermanfaat dan jadi materi renungan,,,, 😊😊😊
Sumber:
Catatan: Postingan diambil dari note grup line Bahasa Jepang Bersama, Artikel ditulis oleh Yukito. ごみはごみ箱に捨てよう!! gomi wa gomibako ni suteyou! Buanglah mantan pada tempatnya. Eh, "buanglah sampah pada tempatnya" maksudnya^^).
Yukito jadi ingin tau bagaimana sih aturan membuang sampah di Jepang? Langsung disimak aja yuk.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Mau buang di kotak sampah, selokan, bawah kolong meja, dll. Bahkan dikala buang di kotak sampah pun hampir tidak ada yang peduli untuk memisahkan mana yang organik, mana yg anorganik. Padahal kategorisasi sampah di Indonesia hanya dua. Kalau mau buang sampah pun, di Indonesia sanggup pakai plastik apa saja kan? Mau trash bag betulan merek apa saja, mau kantong bekas dari minimarket, atau kresek biasa. Bebas.
Di Jepang, setiap rumah kalau mau buang sampah wajib berlangganan ke perusahaan pengelola sampah kota. Kalau nggak berlangganan, ya nggak sanggup buang sampah. Simpen sendiri aja di rumah. Nah, kalau sudah berlangganan boleh tuh meletakkan sampah di daerah penampungan sampah.
Hal yang paling fundamental dari proses membuang sampah ialah memilah sampah menurut jenisnya. Tentunya buat kita niscaya repot banget pada awalnya. Belum lagi kita harus membeli dua jenis kantong plastik sampah, sebab dihentikan menggunakan sembarang kantong. Duuh.. repotnya... 😅😥.
Dua kantong plastik tersebut berwarna hijau untuk sampah yang masih sanggup diolah secara alami / organik (moerugomi) dan warna putih untuk sampah yang tidak sanggup diolah secara alami / anorganik (moenaigomi). Tapi, dua warna ini tidak berlaku di semua wilayah lho...
Setiap wilayah mempunyai warna tersendiri untuk membedakan kedua jenis sampah tersebut. Dan hal itu berarti, kantong sampah yang dibeli di wilayah Iwata, sudah niscaya tidak akan sanggup digunakan di wilayah Tokyo. Kaprikornus berhati-hati yaa... 😅
Nah, kalau ngotot pakai kantong plastik lain, nanti sampahnya akan dibiarkan begitu saja di daerah penampungan sampah. Tidak diambil. Sang pemilik sampah tersebut harus mengambil lagi sampahnya untuk dibawa pulang. Kalau nggak diambil lagi, ya malu. Kan ada namanya, tertangkap lembap itu sampah punya siapa. hehe^^.
Oh ya, pemisahan di sana kabarnya repot loh. Tidak hanya dua kategori organik dan anorganik. Bisa lima hingga enam kategori lho. Sampah terbakar, sampah tidak terbakar. Sampah dapur. Sampah daur ulang menyerupai sampah kertas, sampah kaleng, sampah kaca, sampah botol, sampah elektronik. Pemisahan tergantung peraturan pemda masing-masing. Bahkan katanya, kalau minum aqua, botol dan plastik pembungkusnya harus dipisah juga. Masuk ke tong yang berbeda. Repot juga ya 😅
Di sana jarang sekali ditemukan kotak sampah. Namun, lingkungan kota sangat-sangat bersih. Tidak ada sama sekali sampah berceceran. Kok sanggup ya? Memang sudah dibudayakan semenjak SD. Mentalitas untuk membuang sampah "tepat" pada "tempat"-nya. Kalau nggak nemu, ya kantongin dulu. 😋
Nah... kalau berbicara wacana jadwal membuang sampah di Jepang. Hati-hati! Jangan hingga salah hari membuang lho Bisa-bisa sampah itu tidak akan diangkut dan akan ditempel kertas berisikan pemberitahuan keras, bahwa sampah ini telah melanggar peraturan. (exasperated). Jika wilayah daerah tinggal kita mengharuskan untuk menuliskan nama dan alamat di kantong sampah, maka sanggup dipastikan sampah yang salah hari itu akan nongkrong dengan manisnya di depan rumah kita. hehe. Saking repotnya membuang sampah, hampir selalu ada latihan soal JLPT yang dibentuk dari percakapan wacana buang membuang sampah XD, yang pernah ikut JLPT niscaya pernah menemukan soal latihan atau soal ujian yang membahas wacana aturan membuang sampah kan?
Jika jadwal tersebut terlewatkan, sanggup dipastikan kita harus menyimpan sampah tersebut selama satu ahad bahkan satu bulan, hingga jadwal berikut tiba! Oh iya, setiap rumah atau apartement di wilayah Jepang, niscaya akan mendapatkan kalender jadwal pembuangan sampah. Sesuai dengan wilayah masing-masing dari pemerintah setempat yang dikirim via kantor pos tanpa dipungut biaya sama sekali, dikarenakan telah termasuk dalam pembayaran iuran sampah yang kita bayar sebulan sekali.
Ada beberapa hal lain yang masih berafiliasi dengan sampah menyampah ini. Jenis sampah yang sanggup dibuang secara gratis mempunyai batasan. Untuk jenis sampah tadi tentu saja kita sanggup membuangnya secara gratis. Lho, memangnya ada yang buang sampah harus bayar?? Ooh... ada dong... Ada beberapa jenis sampah yang menuntut kita mengeluarkan uang kalau ingin membuangnya. Nah menyerupai apa yang butuh uang itu?? Jenis sampah menyerupai lemari, meja, kursi, TV, komputer, AC, kulkas, microwave, dll, yang sudah terang hukumnya tidak sanggup dibuang ditempat biasa. Jika kita ingin membuang benda-benda menyerupai itu, kita harus melihat kembali jadwal pembuangan sampah barang besar yang telah diberikan pemerintah setempat. Dan, tentunya kita harus membeli semacam kupon, dengan harga bervariasi sesuai dengan jenis sampah besar yang ingin kita buang, kemudian kupon itu harus kita tempel ke objek (sampah), sebagai bukti kita membuang sampah secara legal.
Selain cara membeli kupon, kita juga sanggup "membuang" sampah jenis ini ke toko barang bekas (chuuko). Karena pengolahan jenis ini membutuhkan biaya tersendiri, biasanya penduduk lebih menentukan untuk menjual barang-barang tersebut ke chuuko walaupun kadang kala tidak akan ada uang yang diterima alias zero-en atau gratis, tapi kebanyakan penduduk tidak keberatan. Ini lebih baik daripada harus membeli kupon, kan alias bayar XD
Tapi, ada juga "kasus" di mana justru kita harus membayar ke chuuko, atau sebaliknya, kita malah dibayar oleh chuuko. Lain halnya, kalau kita membeli barang elektronik gres di toko, contohnya TV, biasanya pihak toko akan menanyakan apakah TV usang sudah tidak terpakai? Kalau tidak terpakai, mereka akan megambilnya dengan GRATIS!
Lho, yummy di mereka dong??! Eitss... Jangan salah... Kalau kita tidak membeli apapun dari toko tersebut dan ingn membuang (me-recycle) barang elektronik yang kita miliki ke toko mereka, biasanya akan dikenakan biaya bervariasi, mulai dari 1000 Yen, tergantung dari jenis dan ukuran barang kita.
👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆👆
Nah, gimana teman BJB? Menurut Yukito, sistem ini cukup ribet sih, tapi toh sanggup dilaksanakan di Jepang. Tentu sanggup sebab pemerintah dan warga punya kesepakatan untuk melakukan aturan yang sudah disepakati. 😄😊
Yukito membayangkan, kalau di Indonesia niscaya sulit. Bukan cuma sebab kesepakatan warganya payah, tetapi selalu saja ada orang-orang yang dengan kekuatan uang membelokkan aturan. Misalnya saja, ada sampah yang tidak seharusnya diangkut. Kalau di Indonesia cukup memperlihatkan komplemen sedikit uang rokok, dijamin dilema selesai. Kebiasaan yang begini nih yang menciptakan aturan sulit ditegakkan, betul?. 😞😞😞
Yah, tapi bagi teman BJB yang berencana ingin ke Jepang, jagan lupa untuk memperhatikan hal yang satu ini yah. Dan ayo mulai menjaga kebersihan lingkungan kita. Oia, Yukita punya beberapa kata-kata motivasi wacana sampah nih, semoga sanggup bermanfaat dan jadi materi renungan,,,, 😊😊😊
✨Jika merusak alam sekitar dengan adanya sampah, maka bergotong-royong kita juga telah merusak diri sendiri, sebab insan ialah serpihan dari alam.
✨Satu buah sampah kecil mungkin tak berpengaruh, namun kalau beribu sampah kecil menghiasi sungai, ikan kecil pun enggan hidup. Ikan kecil saja tidak ingin hidup di lingkungan yang banyak sampahnya, apalagi kita insan yang paham dan mengerti akan hal itu.
Sumber:
- http://www.pulsk.com/uname/aryaninurul/288618/Susah-amp-Ribetnya-Buang-Sampah-di-Jepang.html/
- https://lincahbahasajepang.blogspot.com//search?q=menikmati-ribetnya-buang-sampah-di
Catatan: Postingan diambil dari note grup line Bahasa Jepang Bersama, Artikel ditulis oleh Yukito. ごみはごみ箱に捨てよう!! gomi wa gomibako ni suteyou! Buanglah mantan pada tempatnya. Eh, "buanglah sampah pada tempatnya" maksudnya^^).