Cerita Jlpt Pertamaku: Jlpt Di Unesa Pengecap Wetan

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi ujian JLPT pertamaku. Di episode kali ini saya akan menceritakan betapa berkesannya ujian JLPT pertamaku sekaligus pengalaman pertamaku travel sendirian ke pulau Jawa.


Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Sabtu, 30 November 2019 (Menginjakkan Kaki di Jawa untuk Pertama Kalinya)

Pada hari itu segala persiapan sudah kusiapkan beberapa hari sebelumnya, menyerupai packing baju dan segala macamnya, jadi tinggal menunggu keberangkatan saja pukul 13:30 WITA dan asumsi tiba di Surabaya pada pukul 13:40 WIB tertera di tiketnya. Kenapa saya menentukan jam segitu. Karena dari perkiraanku dari bandara hingga ke hotel yang telah kupesan sanggup tiba pada jam 02:30 - 03:00 WIB, sudah sanggup pribadi check in di hotel.

Tapi gres awal-awal sudah tidak sesuai rencana. Dikarenakan Ibuku dan Nee-chan yang selalu ngomel-ngomel nyuruh untuk cepat-cepat bersiap takut ketinggalan pesawat. Jadinya berangkat dari rumah pukul 10:00 WIB satu jam lebih cepat dari planning awal, adikku pun ditinggal lantaran belum pulang sekolah. Di perjalanan menuju bandara adikku menelpon, katanya kenapa sudah berangkat padahal perjanjiannya jam 11:00 WIB kasian ketinggalan XD. Perjalanan menuju bandara kurang lebih 50 menit.

Tiba di Bandara Syamsudin Noor sekitar pukul 11:00 WITA, bakal kepagian nih🤐. Setauku kan idealnya 2 jam lebih dulu dari keberangkatan, ini malah dua jam setengah. Setelah itu saya pribadi check in, keberangkatan ke Surabaya masih sepi, ya iyalah. Habis check in dan dikasih boarding pass saya balik dulu ke Ibuku, ngobrol-ngobrol dulu, saya dibeliin roti dan air mineral juga. Banyak dinasehatin juga pastinya. Tak lupa untuk minta doa beliau, tak ada doa yang lebih baik dari doa Ibu.

Waktu sudah membuktikan pukul 11:30 WITA. Aku masuk lagi ke ruangan check in dan pribadi menuju waiting room. Walau gres pertama kali ada di bandara, tapi saya bersikap sok tahu aja berbekal pengetahuan-pengetahuan ihwal bandara yang ku baca di internet dan ku tonton di youtube eaaa. Soalnya sanggup wejangan jangan memperlihatin kebingungan ketika di bandara, bersikap aja seolah udah biasa di bandara semoga gak jadi sasaran tindak kejahatan, gitu katanya.

Di bandara saya cuma mengikutin petunjuk aja, mencari tempat duduk terdekat dari nomor gate pesawatku. Lion Air JT225 instruksi penerbangan yang tertulis di boarding passnya gatenya nomor 3. Di ruang tunggu masih sepi, tampaknya saya kecepetan datangnya, masih sanggup leluasa menentukan tempat duduk. Ya udah saya ngewi-fi dulu, ngejajal secepat apa wi-fi bandara. Tak lupa ngabarin sahabat di Surabaya yang mau jemput di bandara.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan
Bandara masih sepi

Waktu keberangkatan kurang lebih satu setengah jam lagi, orang-orang mulai pada berdatangan di ruang tunggu. Bangku-bangku di gate 3 yang tadinya tidak mengecewakan banyak kosong sudah mulai pada terisi. Ada satu keluarga yang duduk di dingklik yang berhadapan dengan bangku, anggota keluarga lainnya duduk disebelahku.

Mulai rame ruang tunggu, si mba di sampingku nanya "mau ke mana", "ke Surabaya" jawabku, "sama" kata Mbanya. "Mau mudik ya", tanyaku lantaran dari tadi keluarga ini bicaranya pakai bahasa Jawa. "Iya, mas ke Lamongan" jawab Mbanya. "Owh".

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan
Bandara udah rame, btw ada pemain Barito Putera juga tuh

Waktu keberangkatan semakin dekat, saya sudah mulai berkemas-kemas namun tak berapa usang kemudian ada pemberitahuan yang pada dasarnya menginformasikan bahwa pesawat Lion Air penerbangan JT225 mengalami delay kurang lebih 1 jam. Langsung deh, tadinya sudah segar, berasa lemes lagi. Langsung rame deh di ruang tunggu para penumpang menyampaikan "Wuuuuuuuuuu".

Setelah itu ada pembagian snack gratis, sanggup air minum, orea dan biskuat. Makan snack dulu deh, tak lupa ngasih kabar ke sahabat mengenai keterlambatannya. Beruntung dia juga belum berangkat ke Bandara. Lalu dia minta kabarin lagi jika saya sudah masuk ke pesawat.

Aku tak ingat jam berapa pesawatnya mulai berangkat, mungkin sekitar jam 14:30 WITA. Akhirnya saya mencicipi pengalaman pertama naik pesawat. Rasanya memang menyerupai yang diceritain orang-orang sih, indera pendengaran agak berdengung dan pas pesawat mau take off itu ada sensasi rasa yang nggak nyaman banget beberapa detik. Selain dari itu sama kayak naik bis. Untungnya gak mabuk perjalanan hehe :D.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Sekitar 14:40 WIB untuk pertama kalinya saya menjajakkan kaki di bumi Surabaya. Cuacanya cukup menyerupai dengan Banjarbaru, tapi Surabaya terasa sedikit lebih adem sih menurutku, kayaknya satu dua derajat lebih rendah suhunya. Sesampainya di bandara saya cukup kebingungan mencari jalan keluarnya, nyari-nyari tulisannya juga gak nemu. Oke deh, ku jalan terus aja, ngikutin orang-orang yang satu pesawat denganku.

Aku ngontak temanku katanya dia sudah hingga di bandara dan menunggu di pintu keluar kedatangan. Masih ngikutin orang-orang, saya terus jalan lurus aja, sesudah itu ada petunjuk ke kanan pengambilan bagasi. Ke kiri kulihat tidak ada tertulis petunjuk apa-apa. Karena saya tidak ada barang di bagasi jadi ke kiri aja deh pikirku.

Setelah belok kiri mulai banyak palang pemberitahuan tapi saya masih belum menemukan palang yang memberitahukan pintu keluarnya. Setelah berjalan lurus lagi tiba-tiba ada beberapa orang yang menanyakan tujuanku ke mana. Ada yang sok bersahabat juga nanya-nanya sambil becanda-canda. Ini siapa pikirku, emang ada yang kenal saya di sini kah?

Setelah itu hasilnya saya melihat palang yang memberitahukan pintu keluarnya. Ah lega. Baru saya sadar orang-orang tadi ternyata supir toh. Di pintu keluar makin banyak lagi supir taksi yang menyampaikan jasa pengantaran mereka, saya bilang saja "Maaf, udah ada yang jemput."

Aku sudah keluar bandara mencari-cari wajah temanku (padahal belum pernah ketemu sih XD) di kerumunan orang-orang di pintu kedatangan. Beberapa ketika kemudian terdengar ada yang manggil namaku "Riza". Aku menoleh dan hasilnya menemukan orang yang kucari. Apriyono.

Dia temanku di grup facebook , bahu-membahu kenalnya baru-baru aja (^O^). Memang satu grup tapi tidak begitu akrab, di facebook aja waktu itu belum temanan ( ̄∀ ̄). Tapi dia orang pertama yang nawarin bantu saya di Surabaya, bahkan dia yang nawarin mau jemputku juga di bandara. Soalnya katanya jika gojek gak sanggup masuk ke dalam bandara. Makara bakal kesusahan. Beruntung banget saya ketemu dia.

Menuju tempat parkiran, kita mengobrol-ngobrol ihwal bahasa Jepang, sudah berapa usang mencar ilmu bahasa Jepangnya, apakah sudah siap dengan ujian JLPT besok, pesiapannya apa saja, ngobrolnya agak canggung-canggung sih atau saya aja yang merasa gitu ya? Mungkin saja disebabkan perbedaan logat bahasa aja kali. Menuju perjalanan ke hotel kita tak banyak mengobrol, susah ngobrol di motor. Takut ganggu konsentrasi pengendara dan gak gitu kedengeran juga karna pakai helm. Dari bandara ke hotel cukup jauh, kayaknya lebih dari satu jam. saya gak gitu ingat, lebih banyak memperhatikan suasana kota pahlawan.

Sampai di hotel saya pribadi sampaikan jika mau check in. Hotelnya terletak di kawasan Wiyung, saya pilih itu lantaran ada promo murah dan dekat banget dengan Indomart dan Alfamart. Aku pilih kamar paling ujung semoga lebih tenang, sesudah semua beres kita lanjutin lagi ngobrol-ngobrol ihwal topik yang masih sama. Di sini ternyata Apriyono gres tahu jika saya punya blog bahasajepangbersama.com, dia juga gres tahu jika saya nulis buku 30 Hari Paham Pola Kalimat Bahasa Jepang. Sebagai kenang-kenangan dan rasa terima kasih lantaran udah bantuin aku, saya kasih bukuku^^.

Sebentar lagi mau adzan magrib, temanku pamit, suruh saya buat istirahat juga buat besok. Setelah mandi, ngerapel shalat, makan roti yang dibeli di bandara sama minun air mineral yang tersedia di hotel, kemudian buka hp buat mencar ilmu besok, tapi tak berapa usang mulai ngantuk dan memutuskan untuk tidur aja semoga besok lebih fit. Oyasumi(︶▽︶).

*****

01 Desember 2019 (Ujian JLPT)

Aku terbangun lantaran mendengar mushalla terdekat sudah buka dan bersiap adzan. Kulihat hp, cukup kaget, lantaran ternyata masih jam 3-an. Lah, gres jam setengah empat sudah mau subuh aja. Biasanya di kotaku itu jam setengah lima gres masuk waktu subuh. Aku mulai mempersiapkan semua yang dibawa untuk ujian, kartu ujian, ktp, alat tulis dan lainnya.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan
姉ちゃんが縫った服
Nee-chan ga nutta fuku

Setelah itu gres mandi, shalat dan makan roti yang beli di bandara tadi, masih ada satu lagi. Di sini gres terasa lapernya😅 owh iya, saya kemarin cuma makan roti sama snack aja. Kemudian berpakaian rapi untuk siap-siap berangkat ke UNESA Lidah Wetan, tempat JLPT diselenggarakan. Sekali-kali selfie dulu deh sebelum berangkat :D.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Sudah siap berangkat, tinggal menunggu waktunya aja. Baru jam 6 sih, masih sangat pagi. Aku kontak temanku, nanyain berangkatnya mau jam berapa. Tak berapa usang hpku berbunyi, ada jawaban dari temanku, eh dia bilang, udah ada di depan hotelku. Kalau saya dah siap pribadi aja berangkat katanya. Oke lah jika begitu, saya turun dan pribadi menemuinya.

Kita mulai berangkat, sambil nyari-nyari tempat makan dulu, toh JLPT-nya juga masih sangat usang lagi. Jam test dimulai pukul 9:30 WIB, sedangkan ini masih jam 6:00 WIB. Nemu kios bubur ayam, kita makan bubur ayam dulu guys, lezat bubur ayamnya. Tapi maaf saya orangnya jika makan emang lebih lambat dari orang normal, porsinya juga lebih sedikit🙏 jadi bukan berarti gak suka kok.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Perut sudah terisi, sudah siap fight. Kita berangkat menuju UNESA, memang sengaja berangkat lebih awal buat lihat lokasinya dulu, lihat pembagian ruangannya. Tapi ternyata kita kepagian banget guys XD. Tempatnya masih kayak kuburan, sepi banget. Di tempat parkir terlihat gres ada satu motor yang terparkir, mungkin punya satpamnya? 😅.

Okelah, kita tanyakan dulu ke satpamnya gedung yang digunakan ujian JLPT di mana aja. Kita nyari ruangan saya dulu ke gedung T11, di sini kita sedikit kebingungan soalnya di gedung T11 ruangan 01.02 itu tidak ada namaku dan nomor pesertanya beda dengan yang ditunjukkan di email. Kita nyari lagi berkeliling. Kalau namaku tidak ada di ruangan 01.02, mungkin aja namaku ada di ruangan 02.01 siapa tahu tertukar.

Sudah kelilingin gedungnya tapi gak menemukan ruangan 02.01, kita naik ke lantai dua hasilnya menemukan ruangannya di ujung paling kiri. Langsung check list namanya ternyata ada namaku di sini. Nomor pesertanya juga sesuai dengan nomor penerima yang tertulis di email. Sip lah, kita turun, ketika turun ada anak UNESA yang berjaga untuk bantu-bantu penerima JLPT, saya tanya ke dia untuk memastikan ruanganku, katanya memang ada ruangan yang diubah.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan
list penerima yg daftarnya gercep? :D

Oke deh, kita lanjut menemukan ruangannya temanku yang ikut level N3. Ujiannya di gedung T13, letaknya sebelahan dengan T11, tampaknya gedungnya gres selesai dibuat, sangat bagus. Tak cukup waktu usang kita menemukan ruangan tempat temanku ujian. Kita juga bertemu om om yang ternyata ikut N2 juga, katanya sudah dua kali mencoba dan gagal terus ini yang ketiga kalinya mencoba katanya. Weh, seseram itu kah N2. Makin merasa pesimis nih.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan
Gedung T13

Setelah itu kita mencari tempat duduk, tinggal menunggu jam testnya saja. Aku mainin flash card yang kubawa, berisi list kotoba yang paling susah kuhafal, sesekali saya juga chatting di openchat BahasaJepangBersama. Saat JLPT niscaya rame roomnya. Ternyata cukup banyak juga penerima yang ikut JLPT di Surabaya. Tapi gak ada yang ketemu, mungkin ketemu, tapi sama-sama saling gak tahu😅. Harusnya bikin meet up member BJB yang JLPT di UNESA. Aah, zannen.

Peserta JLPT mulai berdatangan, dari yang sangat muda hingga yang sudah berumur. Ada majemuk orang dengan majemuk penampilan dan banyak sekali macam aura juga. Pokoknya rasanya kayak mau ujian Chuunin di serial Naruto wkwkwk 😂. Ada wanita menggunakan topi bucket, matanya gak keliatan, tertutup topi bucketnya, hanya keliatan hidung dan mulutnya terkesan misterius, berjalan menenteng sebuah buku pelajaran, duduk sendirian kemudian membacanya. Ada kakek-kakek yang hidungnya pakai perban? entahlah, penampilannya dah kayak dosen aja, tapi tampaknya juga peserta. Ada anak Sekolah Menengah Pertama (atau mungkin masih kelas 5-6 SD ya?) yang tampaknya half entah Japanese atau Chinese, dianterin ibunya. Instingku menyampaikan aura dan skill mereka kowaiiii. Wajar sih aura peserta-peserta di sini pada serem-serem, soalnya yang di tempat ini kumpulannya orang-orang dengan skill N3, N2 dan N1. Haha, sepakat stop berimajinasinya, kembali ke real world.

9:10 WIB waktu ujian sudah dekat, pengawas-pengawasnya sudah pada masuk ke ruangan mereka bertugas, para penerima juga hampir semuanya sudah di kelas masing-masing. Aku sudah ada di ruangan 02.01, matiin hp semoga gak berdering atau bergetar ketika ujian. Soalnya ada peraturan jika hp dering atau getar itu dinyatakan didiskualifikasi dan tidak akan menerima evaluasi pada sesi tersebut.

9:30 WIB salah satu pengawas mulai menjelaskan ihwal ujian, peraturannya dan cara mengisi data penerima yang baik dan benar. Salah seorang pengawas lainnya membagikan lembar soal dan lembar jawabannya. Nampaknya saya satu ruangan dengan anak umuran Sekolah Menengah Pertama (atau mungkin sanggup saja SD) yang kuceritakan tadi, memang di list tadi saya lihat ada nama yang agak Japanese sih, gres umur segitu sudah ikut N2, koweeeeeeee. Waktu itu ujian dimulai jam 9:45 WIB 15 menit lebih awal dari yang seharusnya, tapi selesainya juga dipercepat 15 menit kata pengawasnya, saya tarik nafas dan mulai mengerjakan soal-soalnya.

Di mojigoi aku berusaha mengerjakannya secepat mungkin semoga saya punya lebih banyak waktu di dokkai, ada beberapa soal yang saya kurang yakin jawaban, pribadi saya lewatin aja dan menyampaikan tanda ke jawaban yang kemungkinan bakal kupilih. Tak terasa sudah hingga ke soal-soal bunpou, hingga sini masih aman-aman aja, sesuai strategi.

Di soal bunpou sudah tidak sanggup ngebut lagi, dan di sini juga ada banyak soal-soal yang kulewati lantaran tidak yakin jawabanya. Aku mulai panik dan tak sanggup berpikir damai lagi, tidak ada jam dinding di ruanganku menambah kepanikanku dan membuatku tidak sanggup berpikir tenang, maunya cepat terus dan pribadi sanggup jawaban tanpa berpikir panjang. Sesekali saya melirik ke penerima lain, bukan untuk mencontek tapi ingin melihat sudah sejauh mana mereka mengerjakannya, jangan-jangan saya yang paling lambat.

Di sini fokusku sudah hancur, tak sanggup damai lagi dalam menjawab soal, pikirinku selalu ke arah berapa lagi sisa waktunya, berapa sisa waktunya. Aku menuntaskan soal-soal bunpou dengan masih menyisakan cukup banyak soal yang dilewati lantaran belum yakin jawabannya. Memasuki soal-soal dokkai aku benar-benar tidak sanggup fokus dan kesulitan menentukan jawaban yang benar-benar saya yakin. Karena panik saya pun mengisi dokkai-nya terkesan sembarangan, mungkin hanya beberapa soal yang saya benar-benar yakin, sisanya saya hanya menentukan di antara 2 jawaban yang masih ragu. Berulang kali mencoba tapi saya sama sekali tidak sanggup kembali damai dan fokus lagi.

Setelah sekian usang kutunggu hasilnya salah seorang pengawas melihat jam tangannya dan menyebutkan sisa waktunya. Tapi berbeda dengan dugaan (baca: harapan)-ku, kupikir sisa waktunya masih 20 atau 30 menitan lagi tapi... "Sisa waktu tinggal 5 menit lagi, jangan lupa diperiksa kembali jawabannya dan pastikan isian nomor ujian dan namanya sudah sesuai" katanya. Mou owari da. Ore wa mou CHEKKUMEITO da!!.

Aku merasa benar-benar gagal total di sesi dokkai, 5 menit tersisa kupakai untuk cek jawaban saja, terlihat beberapa soal di mojigoi dan bunpou yang kulewatin tadi. Aku tidak baca ulang soalnya lagi lantaran maniawanai (nggak akan sempat lagi), saya cuma tebalin jawaban yang sudah kutandai sebelumnya aja. Masih ada 2 mondai dokkai (mungkin ada 4 atau 5 soal) terakhir yang tak sempat kujawab. Aku jawab ngasal aja 😆 berharap ada yang benar. Aku gak tahu niscaya sih sistem penilaiannya bagaimana, apakah jika salah bakal minus atau gimana. Setahuku JLPT itu menggunakan evaluasi scaled score berdasarkan contoh jawaban peserta, katanya itu lebih efektif dan sanggup tertangkap tangan mana yang menjawab memang lantaran tahu dan mana yang contoh jawabannya cuma asal-asalan. Tapi ya sudahlah, pasrah aja sudah.

Sesi pertama gengo chishiki, dokkai selesai, istirahat 15 menit, keluar ruangan untuk menghirup udara sejuk berharap sanggup kembali konsentrasi lagi, sama ke WC juga.

******

Sesi choukai (listening) sudah siap dimulai hingga 50 menit ke depan, di sesi ini saya udah sanggup "tenang" lagi guys, atau lebih tepatnya sudah merasa nothing to lose lah. Udah gak apa-apa lagi jika gagal, yang penting kini sudah sanggup menyelesaikannya hingga tuntas, dan sudah mengerti bagaimana rasanya ikut JLPT, udah, gitu aja.

Gak kerasa ternyata sudah selesai aja sesi choukai-nya, justru sesudah gak ada beban malah lebih enakan menjawabnya. Coba di dokkai sanggup serelax ini, mungkin hasilnya akan lebih baik.

Sekarang sudah selesai, tinggal menantikan hasilnya saja, saya yakin banget jika pun lulus hasilnya niscaya akan girigiri, khususnya di dokkai, itu menjadi keraguanku bakal melewatin ambang batas minimal kelulusan atau tidak. Ya, sudah lah, lupain aja, jangan terlalu dipikirkan. Yang niscaya apapun hasilnya sesudah ini saya harus lebih banyak mencar ilmu lagi, lebih meningkatkan skillku lagi khususnya di dokkai yang paling parah.

Seusai ujian saya juga bertemu dengan sahabat sosmedku lainnya, panggil saja dia Zamun (the moon), dipanggil demikian lantaran di sosmed dia menggunakan nickname emoticon bulan sabit 🌙, dia ikut N4, beda gedung jadi gres sanggup ketemu pas selesai ujian. Kita bertiga shalat dzuhur dulu di mushalla terdekat. Karena nanggung udah mau ashar juga, jadi ngobrol-ngobrol dulu di sana sambil menantikan waktu ashar.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Abis ashar kita berpisah dengan Zamun, saya dan Apriyono balik ke parkiran untuk ngambil motor. Dari yang terawal tiba tampaknya kita juga menjadi yang terakhir pulang, lantaran parkiran udah sepi lagi, tersisa satu dua motor aja, salah satunya milik Apriyono. Pulang JLPT kita ngisi perut dulu, dari pagi cuma makan bubur aja, kita makan pecel di pinggir jalan, ah iya, gres kepikiran mestinya tadi ngajakin Zamun makan siang juga, padahal yang saranin nyobain pecel itu dia XD. Selesai makan kita pulang deh. Istirahat.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

*****

Senin, 2 Desember 2019 (Keliling Komplek Penginapan dan Keliling Surabaya)

Di sini singkat aja kali ya, senin saya cuma jalan-jalan komplek tempatku nginap, di Wiyung. Ada banyak sekali toko dan kios makanan, gak perlu nyari ke jauh dan gak bakal kelaparan. Tapi kebanyakan bukanya habis tengah hari sih, jadi pagi saya kesulitan juga nyarinya :D. Sebelumnya saya lihat Google maps dulu, tempat makan pertama ternyata udah habis, tempat makan kedua ternyata belum buka, tempat makan ketiga, kios bakso, ternyata juga belum buka, saya ngobrol-ngobrol sama penjualnya trus dikasih tau tempat makan yang buka. Ya, udah deh ke warung aja makan nasi bungkus. Selesai makan saya nyoba tes bahasa Jawa lah, bilang ke bapak penjualnya "Piro pak", trus bapaknya kok cuma bilang "Hah?", Eh, sepakat sekali lagi deh mungkin bapak penjualnya gak dengar "Piro?", trus si Bapaknya ngejawab lagi "Hah?". Duh, apa saya salah ngomong kah atau apa, yaudah deh pakai bahasa Indonesia aja. Kayaknya tertangkap tangan banget saya bukan orang Jawa XD "Berapa pak", "Owh, Nasi sama minumnya 13rb".

Sorenya saya makan bakso yang belum buka tadi, minumnya es kelapa, lezat banget, sesekali ngobrol juga :D. Tapi gak tahu nyambung apa nggaknya sih, soalnya si kakek penjual bakso ini, nanyain hampir tiga kali "Tinggalnya di mana dek", "Penginapan di belakang ini pak, dekat banget kok", "Owh apartemen yang dibelakang itu". Eh, di belakang itu memang terlihat gedung apartemen sih., tapi "Bukan, pak cuma penginapan biasa, ada di belakang kios ini kok, gak sejauh apartemen itu" Kataku, itu hingga 3 kali nanyain saya tinggalnya di apartemen ya. Waduh, entah saya yang gak sanggup jelasinnya atau gimana, ya sudah lah XD. 

Aku gres lihat HP dan gres sadar jika temanku tiba dan sudah hingga di penginapanku, saya kasih tahu saya lagi makan di sekitaran komplek. Apriyono tiba dan makan bakso juga. Setelah itu gres saya diajak jalan-jalan kota Surabaya, ke banyak sekali Tugu dan Monumen.

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

*****

Selasa, 3 Desember 2019 (Pulang)

Selasa pagi, saya cari makan sekitar komplek, kali ini makan kentaki aja. Selesai makan saya siap-siap pulang, packing barang dan mastiin udah gak ada lagi yang ketinggalan. Sekitar jam sebelasan temanku datang, saya pribadi check out lantaran udah waktunya harus check out juga, di tengah perjalanan beli buah tangan dulu, gak banyak sih, soalnya dari artikel yang kubaca Lion Air itu ngasih batas maks tas yang di kabin pesawat 7kg aja, nah tas ranselku udah 5kg dan tas selempangku 1,5kg jadi takut kelebihan muatan :D.

Sekitar jam satuan kita hingga di bandara, lantaran masih cukup banyak waktu, kita makan dulu, makan "mie ayam khas Juanda" kata mba penjualnya. Minumnya lemon tea, lezat banget, gak kalah sama bakso dan es kelapa yang kemarin ku makan. Jam setengah dua saya check in dan dikasih boarding pass-nya. Tinggal nunggu pesawatnya deh, di sini lagi-lagi Lion Air delay. Tapi kali ini gak gitu usang cuma setengah jam kayaknya.
Buat Apriyono terima kasih banyak atas kebaikan dan bantuannya selama di Surabaya, saya sangat terbantu banget. Semoga dibalas oleh Allah SWT dan semoga kita sanggup bertemu lagi, ini ialah travel pertamaku ke luar pulau yang sangat berkesan dan tak terlupakan. Hontou ni arigatou gozaimashita.

*** おわり ***

Di episode sebelumnya saya sudah menceritakan ihwal persiapan panjangku untuk menghadapi  Cerita JLPT Pertamaku: JLPT di UNESA Lidah Wetan

Awal Februari 2020 hasil nilai ujian JLPT desember 2019 sudah keluar dan alhamdulillah saya goukaku (lulus) dengan nilai gengo chisiki, bunpou dan choukai yang cukup baik dan dokkai yang girigiri, nilainya ngepas 19 batas minimal ke lulusan XD.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel