Cerita Jlpt Pertamaku: Persiapan Sebelum Jlpt
Friday, March 6, 2020
Edit
Mina-san konnichiwa, BJB no Riizhu desu. Pada postingan ini Riizhu ingin menyebarkan dongeng perihal pengalaman dan perjuanganku mengikuti JLPT untuk pertama kalinya. Setelah saya tulis ternyata cukup panjang jadi postingannya saya bagi menjadi dua postingan. Walau ini dongeng pengalaman pribadiku tapi menurutku postingan ini cukup bermanfaat terkhusus untuk mereka yang sedang melaksanakan persiapan ikut JLPT. Silahkan dibaca hingga habis ya^^.
Dengan terpaksa terus memendam impian tersebut dan mulai menabung buat biaya nyeberang pulau ke Jawa untuk ikut JLPT. Sembari ngumpulin receh demi receh dari ngeblog dan jualan buku 30 Hari Paham Pola Kalimat Bahasa Jepang yang kutulis dan diterbitkan tahun kemudian (iklan dikit XD) , saya juga memantapkan diri, mulai fokus mempelajari bahan level N2 supaya nanti sanggup eksklusif lulus dalam sekali coba (rugi ongkos cuy kalo hingga tidak lulus😅).
Intinya saya masih belum merasa benar-benar yakin lah, terutama kesiapan saya untuk melaksanakan perjalanan pertama ke luar pulau kalimantan seorang diri. Alhasil untuk JLPT Juli 2019 saya skip dulu dan memulai menyempurnakan persiapan untuk menatap JLPT yang ke-2 di tahun tersebut, bulan desember 2019.
Dari sekian banyak kota saya mempertimbangkan 4 kota yang menurutku cocok dan paling memungkinkan untukku yaitu Jakarta, Bandung, Jogja dan Surabaya. Aku mulai survey mencari yang termurah dan terbaik dari keempat kota tersebut.
Setelah melalui banyak sekali pertimbangan balasannya saya mantap memutuskan menentukan ambil JLPT di Surabaya. Alasannya sebab tiket pesawatnya yang paling murah dan ujiannya berada di satu lokasi aja, jadi gak dipisah-pisah menyerupai di daerah lain. Makara sanggup minta pemberian sama sahabat yang juga ambil JLPT di Surabaya hehe XD.
Esok paginya berangkat ke kantor pos terdekat. Sesampainya di kantor pos saya sampaikan mau melaksanakan pembayaran telkom atau finpay, kemudian disuruh sebutin isyarat pembayarannya. Petugas posnya terlihat kesulitan entah mungkin sebab pembayarannya tidak berhasil atau apa, saya serahin hpku dan tunjukkin screenshot-annya, kemudian beliau menanyakan ke petugas lainnya. "Owh ini, harus ditambahkan 0 di depannya" kata petugas satunya. Kemudian si petugas pos mencoba menginput lagi dan kali ini pembayaran sukses.
Total yang saya bayar yaitu Rp.197.500 dengan rincian Rp.190.000 biaya ujian level N2 + Rp.5.000 biaya manajemen + Rp.2.500 biaya penanganan/transaksi). Belakangan saya juga gres tahu kalau pembayarannya juga sanggup dilakukan di Alfamart. Di web jlptonline.or.id hanya ditulis di kantor pos dan pegadaian aja sih. Tapi di Alfamart kan sanggup juga bayar tagihan telkom/finpay jadi sanggup juga.
Di sini saya juga sudah mulai cek harga tiket dan mencari hotel terdekat antara bandara dan UNESA dan yang termurah pastinya^^, saya juga sudah memastikan kapan berangkat dan kapan pulangnya. Ketika di rasa menemukan rate harga termurah dan sanggup promo yang cukup lumayan, eksklusif deh pesan tiket dan booking hotelnya lewat online.
Persiapan dari segi bahasa Jepang kebanyakan saya cuma latihan mengisi soal-soal aja sih dari banyak sekali aplikasi. Sama ngelist teladan grammar level N2, kalau ada yang belum kupahami akan kupelajari ulang hingga memahami semua grammar yang sudah kulist. Berikut yaitu daftar bahan yang menjadi persiapanku untuk JLPT level N2.
Buku Gakushudo saya mempelajari teladan tata bahasa level N2 yang masih belum kupahami dengan baik, mencatat kotoba yang kuanggap penting kemudian memasukannya ke flash card untuk dihafal. Terakhir menjajal 2x ujian yang ada di buku itu.
Di aplikasi JLPT Taisen saya berguru di sajian practice-nya. Aku habisin seluruh practice-nya sekitar sebulanan. Aku tidak akan lanjut kalau belum sanggup minimal bintang 2. Aplikasi yang sangat manis untuk meningkatkan skill Mojigoi dan Bunpou kita.
Bulan oktober saya full latihan soal-soal choukai (listening). Ketika mencari-cari bahan latihan listening saya menemukan channel Hanesaki Academy ada banyak latihan soal listening di sana untuk level N2. Channel orang Vietnam sih, tidak mengecewakan buat latihan listening bahasa Jepang.
Ketika senggang saya menghafal kotoba-kotoba yang ada di deck flash card-ku. Sesekali saya juga main-main ke grup facebooknya bang Sapri Takahashi, dan ngobrol-ngobrol di Openchatnya BJB buat mencuri-curi ilmu dan pengalaman senpai-tachi yang sudah pernah merasakan JLPT.
Aku mencatat statistiku ketika masa persiapan, supaya saya sanggup tahu di mana kelemahanku dan apa saja yang mesti harus kugenjot lagi supaya nilainya tidak jeblok. Soalnya di JLPT tiap sesi ada batas minimal kelulusan. Percuma kalau nilai tinggi tapi ada satu sesi nilainya di bawah batas kelulusan. Ya, gak lulus juga jadinya.
Demi kelengkapan postingan ini, gak papa deh saya akan tampilin statistikku yang kucatat selama persiapan JLPT N2 selama kurang lebih 2 bulan. Mungkin sanggup kalian tiru bagaimana saya mencatatnya atau setidaknya sanggup kalian jadikan sebagai referensi.
*Note: maaf kalau hitungannya tidak benar-benar tepat. Gak berilmu matematika akunya XD.
Sekitar dua ahad terakhir saya menjajal ujian simulasi JLPT guys. Berbeda dari sebelumnya kali ini soal-soalnya saya print out di kertas A4 (atau F4 juga bisa) termasuk juga lembar jawabannya. Materinya saya dapatkan di web resmi JLPT-nya, sebab berbentuk file pdf jadi sanggup di print out dan kita sanggup mengerjakannya serasa lagi ujian JLPT. Ada dua bahan yang sanggup di download yaitu bahan latihan JLPT tahun 2012 dan 2017.
Di sini saya mengerjakan sesuai dengan rules JLPT, baik waktunya dan cara menjawabnya dalam lembar jawaban. Singkat dongeng saya selesai mengerjakan semuanya. Di sini lah saya menemukan permasalahan gres lagi. Dari dua kali simulasi ujian yang kucoba. Aku selalu kehabisan waktu di ujian tertulis guys. Entah saya kelamaan bacanya atau ngebulatin jawabannya yang usang atau apa.
Sepertinya sih permasalahannya ada di dokkai, untuk di dokkai aku sering membaca ulang 2 hingga 3 kali dulu gres menemukan jawabannya. Di simulasi kedua saya sudah mencoba ngebut di mojigoi dan bunpou berharap sanggup mampu waktu extra untuk dokkai tapi tetap saja masih kekurangan waktu (dari perhitunganku saya membutuhkan sekitar setengah jam lebih usang untuk sanggup mengisi seluruh jawabannya)
Soal-soal yang kukerjakan di tes simulasi ini juga terasa lebih sulit dari soal-soal yang kupelajari di masa berguru dua bulan sebelumnya. Hasil dari ujian simulasiku berdasarkan persentasi jawaban benar dan salahnya berkisar di angkat 60% - 40%, kurang begitu memuaskan.
Gengo chisiki (mojigoi, bunpou) sanggup dikatakan aman, stabil di 70% ke atas tapi dokkai dan choukai itu cuma di angka 50% - 50% aja. Itu pun banyak salahnya di soal-soal yang cukup panjang. Kalau berdasarkan hitungan scale score-nya pihak JLPT niscaya persentase benarnya akan lebih rendah lagi. Belum lagi kalau dokkai-ku hanya dinilai sesuai dengan waktu JLPT (tidak ada waktu aksesori menyerupai ketika ku simulasi tes), pastinya bakal banyak jawaban yang kosong dan persentase benarnya bakal anjlok lagi. Huuuuuu, dou shiyou (T.T) waktunya sudah semakin bersahabat saya sudah tidak ada waktu lagi untuk belajar.
Hasil ujian simulasi cukup membuatku fuan (gelisah) dan mengurangi rasa percaya diriku juga. Selain memikirkan JLPT yang sudah semakin dekat, sedikit banyak saya juga cemas memikirkan perihal perjalanan pertamaku ke luar pulau Kalimantan seorang diri. Walau secara persiapan sudah cukup baik tapi banyak sekali macam kemungkinan terpikirkan tanpa sanggup dihentikan.
Entah akan menyerupai apa perjalananku nanti, wallahu a'lam.
Bersambung, tunggu kelanjutannya di postingan berikutnya o(^^o).
Januari - Februari 2019 (Ingin Ikut JLPT)
Oke, sebetulnya dari semenjak usang saya sudah sangat ingin banget ikut ujian JLPT, namun apalah daya, gak ada JLPT di kotaku, di provinsi ini, bahkan di seluruh penjuru pulau ini pun belum ada JLPT (kalau ada gue niscaya bakal ikut trus tiap tahun). Kotaku itu yaitu Banjarbaru terletak di Provinsi Kalimantan Selatan.Dengan terpaksa terus memendam impian tersebut dan mulai menabung buat biaya nyeberang pulau ke Jawa untuk ikut JLPT. Sembari ngumpulin receh demi receh dari ngeblog dan jualan buku 30 Hari Paham Pola Kalimat Bahasa Jepang yang kutulis dan diterbitkan tahun kemudian (iklan dikit XD) , saya juga memantapkan diri, mulai fokus mempelajari bahan level N2 supaya nanti sanggup eksklusif lulus dalam sekali coba (rugi ongkos cuy kalo hingga tidak lulus😅).
Maret 2019 (Belum Yakin)
Pendaftaran JLPT yang pertama tahun 2019 di buka. Di sini saya merasa masih belum benar-benar yakin, persiapanku juga masih belum tepat di sini. Selain ilmu bahasa Jepangku, saya juga agak khawatir mikirin nanti saya ke Jawa-nya menyerupai apa, apa yang harus ku lakukan ketika di bandara, tinggalnya di mana, transport ke daerah ujiannya pakai apa.Intinya saya masih belum merasa benar-benar yakin lah, terutama kesiapan saya untuk melaksanakan perjalanan pertama ke luar pulau kalimantan seorang diri. Alhasil untuk JLPT Juli 2019 saya skip dulu dan memulai menyempurnakan persiapan untuk menatap JLPT yang ke-2 di tahun tersebut, bulan desember 2019.
April - Juli 2019 (Memilih Tempat Ujian dan Mempelajari Berbagai Hal)
Mulai bulan April hingga Juli 2019 saya lebih banyak survey dan baca-baca informasi perihal prosedur-prosedur di bandara, survey tiket dan hotel terdekat yang murah. Maklum lah, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku naik pesawat jadi masuk akal lah sangat teliti hingga urusan-urusan terkecil.Dari sekian banyak kota saya mempertimbangkan 4 kota yang menurutku cocok dan paling memungkinkan untukku yaitu Jakarta, Bandung, Jogja dan Surabaya. Aku mulai survey mencari yang termurah dan terbaik dari keempat kota tersebut.
Setelah melalui banyak sekali pertimbangan balasannya saya mantap memutuskan menentukan ambil JLPT di Surabaya. Alasannya sebab tiket pesawatnya yang paling murah dan ujiannya berada di satu lokasi aja, jadi gak dipisah-pisah menyerupai di daerah lain. Makara sanggup minta pemberian sama sahabat yang juga ambil JLPT di Surabaya hehe XD.
Agustus 2019 (Mendaftar JLPT)
Setelah hari ke-3 registrasi gres saya mendaftar, tidak tanggung-tanggung eksklusif ikut level N2 hehe😁. Mau N1 tapi belum cukup ilmunya haha. Aku menentukan pembayaran tipe OTC (over the counter). Ada dua macam tipe pembayaran, VA (Virtual Account) atau OTC (Over the Counter).Esok paginya berangkat ke kantor pos terdekat. Sesampainya di kantor pos saya sampaikan mau melaksanakan pembayaran telkom atau finpay, kemudian disuruh sebutin isyarat pembayarannya. Petugas posnya terlihat kesulitan entah mungkin sebab pembayarannya tidak berhasil atau apa, saya serahin hpku dan tunjukkin screenshot-annya, kemudian beliau menanyakan ke petugas lainnya. "Owh ini, harus ditambahkan 0 di depannya" kata petugas satunya. Kemudian si petugas pos mencoba menginput lagi dan kali ini pembayaran sukses.
Total yang saya bayar yaitu Rp.197.500 dengan rincian Rp.190.000 biaya ujian level N2 + Rp.5.000 biaya manajemen + Rp.2.500 biaya penanganan/transaksi). Belakangan saya juga gres tahu kalau pembayarannya juga sanggup dilakukan di Alfamart. Di web jlptonline.or.id hanya ditulis di kantor pos dan pegadaian aja sih. Tapi di Alfamart kan sanggup juga bayar tagihan telkom/finpay jadi sanggup juga.
September - Oktober 2019 (Belajar Banyak Materi N2 sambil Mempersiapkan Keperluan ke Surabaya)
Setelah selesai mendaftar, artinya sudah tidak boleh ragu lagi nih. Beruntung tanggal ujiannya masih 3 bulanan lagi, jadi saya punya banyak waktu untuk melaksanakan persiapan. Di sini saya juga mulai ngelist teman-temanku yang di Surabaya😁 buat minta pemberian atau menghubungi sahabat terdekat jikalau nanti terjadi hal tak terduga di sana. Di waktu ini saya juga mulai membeli banyak sekali keperluan yang akan kupakai ketika di Surabaya, termasuk seperangkat alat tulis. Pulpen, 2 pensil 2B, serutannya dan penghapus.Di sini saya juga sudah mulai cek harga tiket dan mencari hotel terdekat antara bandara dan UNESA dan yang termurah pastinya^^, saya juga sudah memastikan kapan berangkat dan kapan pulangnya. Ketika di rasa menemukan rate harga termurah dan sanggup promo yang cukup lumayan, eksklusif deh pesan tiket dan booking hotelnya lewat online.
Persiapan dari segi bahasa Jepang kebanyakan saya cuma latihan mengisi soal-soal aja sih dari banyak sekali aplikasi. Sama ngelist teladan grammar level N2, kalau ada yang belum kupahami akan kupelajari ulang hingga memahami semua grammar yang sudah kulist. Berikut yaitu daftar bahan yang menjadi persiapanku untuk JLPT level N2.
- Buku Gakushudo N2
- Shoumatome Dokkai N2
- Aplikasi JLPT Taisen
- Seluruh Latihan Choukai N2 di channel youtube Hanasaki Academy
- Dan lain-lain (flash card, di grup sosmed, nyari latihan di web, app lainnya dsb)
Buku Gakushudo saya mempelajari teladan tata bahasa level N2 yang masih belum kupahami dengan baik, mencatat kotoba yang kuanggap penting kemudian memasukannya ke flash card untuk dihafal. Terakhir menjajal 2x ujian yang ada di buku itu.
Di aplikasi JLPT Taisen saya berguru di sajian practice-nya. Aku habisin seluruh practice-nya sekitar sebulanan. Aku tidak akan lanjut kalau belum sanggup minimal bintang 2. Aplikasi yang sangat manis untuk meningkatkan skill Mojigoi dan Bunpou kita.
Selesai semua practice N2 di app JLPT Taisen |
Bulan oktober saya full latihan soal-soal choukai (listening). Ketika mencari-cari bahan latihan listening saya menemukan channel Hanesaki Academy ada banyak latihan soal listening di sana untuk level N2. Channel orang Vietnam sih, tidak mengecewakan buat latihan listening bahasa Jepang.
Ketika senggang saya menghafal kotoba-kotoba yang ada di deck flash card-ku. Sesekali saya juga main-main ke grup facebooknya bang Sapri Takahashi, dan ngobrol-ngobrol di Openchatnya BJB buat mencuri-curi ilmu dan pengalaman senpai-tachi yang sudah pernah merasakan JLPT.
Aku mencatat statistiku ketika masa persiapan, supaya saya sanggup tahu di mana kelemahanku dan apa saja yang mesti harus kugenjot lagi supaya nilainya tidak jeblok. Soalnya di JLPT tiap sesi ada batas minimal kelulusan. Percuma kalau nilai tinggi tapi ada satu sesi nilainya di bawah batas kelulusan. Ya, gak lulus juga jadinya.
Demi kelengkapan postingan ini, gak papa deh saya akan tampilin statistikku yang kucatat selama persiapan JLPT N2 selama kurang lebih 2 bulan. Mungkin sanggup kalian tiru bagaimana saya mencatatnya atau setidaknya sanggup kalian jadikan sebagai referensi.
Statistik Ujian Gakushudo |
Statistik Ujian Shoumatome N2 Dokkai |
Statistik latihan choukai |
November 2019 (Menjalani Tes Simulasi JLPT)
Persiapan pada 1 bulan terakhir menuju hari H, saya sudah tidak banyak berguru lagi. Di bulan November saya lebih banyak baca-baca info perihal JLPT. Aku lebih banyak memahami perihal jenis-jenis soal JLPT level N2 dan bagaimana cara menjawabnya dengan baik dan benar. Memahami seluk beluk JLPT dan jenis-jenis soalnya secara tak eksklusif besar lengan berkuasa juga dengan nilai kita lho. Apalagi choukai, buat yang gres pertama kali ikut JLPT dan tidak memahami jenis-jenis soal di sesi choukai niscaya akan kebingungan menjawabnya.Sekitar dua ahad terakhir saya menjajal ujian simulasi JLPT guys. Berbeda dari sebelumnya kali ini soal-soalnya saya print out di kertas A4 (atau F4 juga bisa) termasuk juga lembar jawabannya. Materinya saya dapatkan di web resmi JLPT-nya, sebab berbentuk file pdf jadi sanggup di print out dan kita sanggup mengerjakannya serasa lagi ujian JLPT. Ada dua bahan yang sanggup di download yaitu bahan latihan JLPT tahun 2012 dan 2017.
Di sini saya mengerjakan sesuai dengan rules JLPT, baik waktunya dan cara menjawabnya dalam lembar jawaban. Singkat dongeng saya selesai mengerjakan semuanya. Di sini lah saya menemukan permasalahan gres lagi. Dari dua kali simulasi ujian yang kucoba. Aku selalu kehabisan waktu di ujian tertulis guys. Entah saya kelamaan bacanya atau ngebulatin jawabannya yang usang atau apa.
Sepertinya sih permasalahannya ada di dokkai, untuk di dokkai aku sering membaca ulang 2 hingga 3 kali dulu gres menemukan jawabannya. Di simulasi kedua saya sudah mencoba ngebut di mojigoi dan bunpou berharap sanggup mampu waktu extra untuk dokkai tapi tetap saja masih kekurangan waktu (dari perhitunganku saya membutuhkan sekitar setengah jam lebih usang untuk sanggup mengisi seluruh jawabannya)
Soal-soal yang kukerjakan di tes simulasi ini juga terasa lebih sulit dari soal-soal yang kupelajari di masa berguru dua bulan sebelumnya. Hasil dari ujian simulasiku berdasarkan persentasi jawaban benar dan salahnya berkisar di angkat 60% - 40%, kurang begitu memuaskan.
Gengo chisiki (mojigoi, bunpou) sanggup dikatakan aman, stabil di 70% ke atas tapi dokkai dan choukai itu cuma di angka 50% - 50% aja. Itu pun banyak salahnya di soal-soal yang cukup panjang. Kalau berdasarkan hitungan scale score-nya pihak JLPT niscaya persentase benarnya akan lebih rendah lagi. Belum lagi kalau dokkai-ku hanya dinilai sesuai dengan waktu JLPT (tidak ada waktu aksesori menyerupai ketika ku simulasi tes), pastinya bakal banyak jawaban yang kosong dan persentase benarnya bakal anjlok lagi. Huuuuuu, dou shiyou (T.T) waktunya sudah semakin bersahabat saya sudah tidak ada waktu lagi untuk belajar.
Simulasi pertama nilainya hancur banget. Banyak salahnya. |
Simulasi ujian kedua, nilainya tidak mengecewakan membaik. |
Hasil ujian simulasi cukup membuatku fuan (gelisah) dan mengurangi rasa percaya diriku juga. Selain memikirkan JLPT yang sudah semakin dekat, sedikit banyak saya juga cemas memikirkan perihal perjalanan pertamaku ke luar pulau Kalimantan seorang diri. Walau secara persiapan sudah cukup baik tapi banyak sekali macam kemungkinan terpikirkan tanpa sanggup dihentikan.
Entah akan menyerupai apa perjalananku nanti, wallahu a'lam.
Bersambung, tunggu kelanjutannya di postingan berikutnya o(^^o).